Pati-Semarang

Terminal dan bus umum adalah hal yang biasa. Jalanan Pati-Semarang sudah sangat nggak asing. Ahh, aku harus kembali ke kota itu. Ketemu lagi sama gedung tua itu, trotoar itu, dan semua yang ada di situ. Agak berat hati rasanya. Baru aja 3 hari di kampung halaman, itu waktu yang nggak lama. Apalagi buat aku penderita homesick.

Berat banget rasanya ngangkat kaki buat naik bus Jepara-Pati. Gravitasi mendadak kuat banget ketika salah satu kakiku masih menginjak tanah Tayu. Tapi cukup dengan membayangkan indahnya kota Semarang, asyiknya SMA 3, dan serunya X-olympiad bisa mengalahkan gravitasi yang berlipat itu. Hingga aku duduk di bus dengan senyum setengah ikhlas.

Oh nggak kerasa aku udah ada di terminal Pati. Sebenarnya masih berat hati meninggalkan kota Pati, tapi jalanku sekarang bukan lagi di kota ini. Jadi begitu bus Surabaya-Semarang memasuki terminal aku harus mengejarnya, masih dengan gravitasi yang sama. Beruntung aku masih bisa membayangkan hal yang sama pula. Hingga aku berdiri di sini, di dekat pintu belakang bus ini.

Entah ini perjuangan atau nasib, kesempatan buat aku duduk cuma 5 menit dari 2 jam perjalanan. Bayangkan, gimana retaknya kakiku... ditambah lagi bus AC cuma tulisan doang, gerah! Tapi, seperti sebelumnya, cukup dengan membayangkan hal yang sama dan seseorang di sana #ciyee, sudah membuatku merasa lebih baik. Dengan sesekali memandang awan yang bergerak, membuatku lebih nyaman.

Baik, terminal Terboyo di depan mata. Sepertinya gravitasi sudah kembali normal. Sudah nggak ada lagi yang namanya berat hati. Hingga aku sampai di rumah tua ini, di mana banyak kesan di dalamnya walaupun belum setahun aku tinggali.

Aku merasa lelah lalu aku membayangkan sesuatu di sini dan seseorang di sana, kemudian rasa lelah itu hilang.

0 comments:

Post a Comment

My Instagram