Ketidakpedean dan OMITS

Sambungan dari post sebelumnya, ya walaupun agak nggak nyambung sih..


Ya Allah.. apa kami bisa berhasil dengan ketidakpedeanku ini?

Pede nggak pede harus pede. Ok fine. Pede. Walaupun agak berat.

Yah, baik-baik saja sih. Sampai Surabaya, begitu dijemput kakak-kakak ITS dan sampai di asramanya. Itu waktu belum ada masalah dengan ketidakpedean. Namun ada sedikit masalah dengan kondisi tubuhku yang agak kurang fit. Dan itu memalukan, nggak juga sih. Sore sampai malem, temen-temen sekamarku pada sibuk belajar, serius banget. Dan aku? Tidur. Nyantai banget kan. Iya lah, waktu itu aku masih bisa dibilang sakit. Aku ingat sempat belajar bentar di dalam kereta. Nah, karena sore dan malemnya aku puas dan nyenyak tidur, tengah malemnya nggak bisa tidur. Yah, daripada suwung mending belajar aja. Temen-temen sekamar pada nyenyak bermimpi, dan aku? Serius belajar.

ok, sekarang sampai pada hari Sabtu. Alhamdulillah kondisiku lebih baik. Tapi ya itu lah, bekasnya yang di muka. Ahh.. Semifinalnya biasa lah ngerjain soal. Empat uraian dikerjain dalam 1 jam, dan 20 isian singkat 1 jam juga. Ada yang sedikit menyesakkan pas ngerjain soal urain. Waktu udah habis dan sedikit lagi satu nomer selesai, tapi apa bisa buat, uda nggak ada waktu. Untuk soal isian singkat, sepertinya nggak ada masalah. Haa? Nggak ada masalah gimana? Orang masih banyak yang belum dikerjain kok... baiklah, fine. Tawakkal.

Dan nunggu pengumuman itu lama banget. Suwung lagi.. tapi nggak juga sih.

Nah, sumpah nggak enak banget saat pengumuman. Sebelumnya emang kurang yakin kalau lolos final. Soalnya penyisihan aja kami peringkat 26, jauh banget kan buat masuk 8 besar.

Deg-degan banget pas pengumuman. Yakin nggak yakin sih. Serius banget nunggu nama SMA 3 Semarang muncul di layar. Ternyata Tuhan punya kejutan buat kami. Yang semula 26 melonjak sampai 7. Alhamdulillah.. dan itu membuatku lupa dengan ketidakpedean, bekas cacar, dan kondisi kesehatan yang kurang. “kita ke sini nggak sia-sia kak. Setidaknya membawa pulang sertifikat finalis”

Besoknya final, dan malamnya aku kurang belajar. “maaf ya kak...”

Minggu. Seperti kemarinnya, ngerjain soal final. Cuma 4 soal. Cuma. Iya, dan itu susahnya minta ampun. Di sini ada yang sangat menyesakkan bagi kami. Karena finalnya juga ada presentasi, dan jurinya dosen ITS, lalu dosennya... nggak tau, susah dideskripsikan. Jadi sangat mirip dengan Master Chef. Nyesek. Udah deh, nggak ada keyakinan buat menang dengan presentasi yang ancur-ancuran itu. Dan memang benar. Cuma sertifikat finalis.

Tapi nggak apa-apa. Pengalaman lebih penting. Memang, sertifikat juara, tropi, dan sujumlah uang nggak bisa kami mendapatkannya. Tapi pengalaman, so pasti. Dan yang nggak kalah menyenangkannya yaitu dapet banyak temen dari luar kota bahkan luar jawa, dan itu asyik.

Nah, pulang sampai Semarang jam 3 pagi. Dan itu capek banget. Akhirnya mbolos sekolah deh. Nggak mbolos sih, kan kecapekan. Tapi nggak enak juga, lomba udah kalah, mbolos sisan.. biarin lah.

0 comments:

Post a Comment

My Instagram