Nyesek rasanya liat cermin. Ternyata penyakit cacar bandel
banget ya. Ah, mukaku jadi lebih jelek. Kayak jerawatan. Sebel.
Dan itu mengingatkanku pada beberapa minggu yang lalu. Saat itu
orang tuaku lagi ke Semarang, dan itu untung banget. Karena hari itu juga aku
bisa ke dokter dianter Abah. Sebelumnya, setelah melihatku, ibuku bilang kalau
aku mungkin kena penyakit cacar. Cengengnya aku, nangis saat itu juga. Bukan karena
apa-apa ya, cuma 6 hari lagi aku harus ke Surabaya buat semifinal OMITS. Aku takut.
Kata orang, cacar itu bisa sampai seminggu lebih. Gimana kalau aku nggak bisa
ikut OMITS? Aku sangat takut itu.
Sebenernya ada hal lain yang lebih pantas membuatku
menangis. Yaitu: Senin Selasa Rabu UHT. Tapi itu sama sekali nggak membuatku
takut. UHT bisa susulan, tapi semifinal OMITS enggak.
Karena dokter bilang sebaiknya aku nggak masuk sekolah aja,
jadi hari Minggu itu juga aku dibawa pulang sama orang tuaku. Dan aku menderita
di rumah.
Kebayang nggak sih, gimana rasanya dipaksa buat nggak
sekolah dan nggak ketemu temen-temen yang serunya sesuatu banget... tapi kalau
dipaksa buat nggak ketemu pelajaran PKn sama ekonomi sih nggak apa-apa ya. Sumpah
suwung nggak ada kerjaan di rumah, cuma meratapi nasib. Itu yang disebut
sengsara. Dan itu aku. Nggak cuma sengsara, juga takut-takut cemas kalau hari
Jumat belum sembuh.
Tapi alhamdulillah, dengan sedikit pemaksaan, hari Kamis aku
ke Semarang karena Jumatnya udah mau berangkat ke Surabaya. Yang biasanya aku
ke Semarang sendirian, kali ini harus didampingi Ibuku. Yah, karena kondisi
belum pulih benar. Karena perjalanan yang melelahkan, sampai Semarang pun aku
harus istirahat ngumpulin tenaga buat besoknya.
Jumatnya yang juga dengan sedikit pemaksaan aku berangkat ke
Surabaya. Kesehatan sih udah lumayan, tapi masih ada yang menyesakkan. Bekas cacar
di muka. Itu membuatku sangat nggak pede. Sumpah pengen pake cadar aja.
Aku benar-benar nggak bisa mengingat pesan ibuku: “wes, gak
usah isin. Orang juga tau kalau itu bekas cacar. Ra ono sing ngiro nek mukamu
hancur”
Ya Allah.. apa kami bisa berhasil dengan ketidakpedeanku
ini?
Next....
0 comments:
Post a Comment