Pohon. Diatasnya lah aku merasa
nyaman. Benar-benar merasakan sejuknya angin pedesaan. Cukup dengan
memanjatnya, hanya beberapa meter di atas permukaan tanah, serasa di atas
menara yang tingginya berpuluh-puluh meter. Itulah salah satu hobiku. Aku suka
memanjat pohon, tapi aku bukan tomboy.
Emang nggak sopan sih, anak
perempuan manjat pohon. Karena mereka yang bilang seperti itu tidak merasakan
nyamannya di atas pohon. Makanya aku paling benci kalau lagi musim ulat bulu,
pasti semua pohon ada ulatnya. Dan itu membuatku nggak bisa ngrasain dahan
ranting dan dedaunan yang menyejukkan.
Yaa, karena aku tinggal di desa
yang kebetulan rumahku di dekat persawahan. Di sana banyak pohon yang nyaman
untuk dipanjat. Karena di persawahan, tentu anginnya sejuk banget. Kenyamanan yang
ditambah dengan pemandangan hijau itu ampuh banget buat menghilangkan kegalauan
dan kesuwungan. “Lho, bukannya malah tambah suwung di atas pohon sendirian?”. Enggak
tuh. Aku merasakan kesuwungan itu hilang setelah berada beberapa meter di atas
permukaan tanah.

Tapi sekarang, aku di sini. Di kota
yang tak bisa aku temui semua itu. Tak bisa aku temukan mainanku yang dulu. Yang
aku temui hanya buku pelajaran, trotoar jalan itu, kampus tua itu,
gedung-gedung itu, dan angin panas itu. Mungkin aku akan sedikit lebih nyaman melihat
satu saja rumpul ilalang di sini. Atau sejenak saja berada di atas pohon. Karena
aku rindu pohon. Semoga pohon-pohon di sana juga merindukanku.
0 comments:
Post a Comment