Takbir Keliling

Jadi intinya di sini aku mau cerita tentang malam idul fitri di daerah aku. Tapi aku tidak pandai berbasa-basi. Biasanya kan tulisan sejenis ini diawali dengan basa-basi dulu, kayak “Idul fitri adalah hari raya umat muslim di mana perayaan di setiap daerah berbeda-beda...blablablabla.” atau pertanyaan-pertanyaan kepo sejenis “Bagaimana malam idul fitri kalian? Menyenangkan? Tradisi apa yang ada di daerah kalian dalam menyambut hari raya umat muslim? Nah, di sini aku akan menceritakan kemeriahan malam idul fitri di daerahku...blablablabla.”
Daripada lebar panjang menjelaskan bahwa aku tidak pandai berbasa-basi yang nantinya malah menjadi basa basi yang lebar panjang juga, jadi langsung aja aku bercerita. Emm, itu tadi “lebar panjang” bukan “panjang lebar” *krik.


Seperti yang kita tahu, idul fitri merupakan hari raya seluruh umat muslim. Namanya juga hari raya, sudah selayaknya umat muslim merayakannya, seperti yang paling terkenal di Indonesia adalah grebeg syawal, atau yang jarang kita (atau setidaknya aku) dengar adalah tumbilotohe dari Gorontalo.
Lalu bagaimana perayaan idul fitri di daerah kalian? Cuma mengumandangkan takbir di masjid atau ada yang unik lagi?
Kalau di daerahku, terutama di desaku, bisa dibilang sangat meriah perayaan malam idul fitrinya. Yang jelas takbir dikumandangkan di mana-mana. Kembang api juga sepertinya sudah wajib. Terus tiap musholla harus mengirimkan sesuatu untuk diarak keliling desa.
Nah sesuatunya itu yang unik. Jadi pemuda-pemuda musholla itu bikin sesuatu itu sesuai kreatifitas mereka, sekreatif mungkin pokoknya. Karena nanti di akhir akan ada juaranya.
Karena aku nggak bisa jelasin sesuatu itu gimana, yaa apa aja sih terserah, nih salah satu contohnya :
Sebenarnya aku sendiri tidak paham ini maksudnya apa.
Biasanya kerangkanya itu dari bambu, lalu dilapisi kertas dan di cat. Hasil karya yang dinaikkan gerobak itu didorong oleh pemuda-pemuda tiap musholla tadi. Di belakangnya diikuti oleh anak-anak kecil, anak SD kebanyakan, laki maupun perempuan, bajunya seragam, yang membawa lampion. Nah lampionnya ini juga unik, sesuai kreasi mereka, cahayanya bisa dari lilin atau listrik. Listriknya berasal dari diesel apa genset atau generator gitu aku nggak tau namanya ya pokoknya itulah, yang diangkut mobil pick up, berada di barisan paling belakang. Mobil pick up tersebut juga berfungsi buat mengangkut anak-anak pembawa lampion yang kecapekan karena rutenya jauh mengingat desa kami yang cukup luas.
Salah satu bentuk lampionnya.
Jadi urutannya, hasil karya, pembawa lampion, dan mobil pick up. Setiap musholla seperti itu perwakilannya. Oh ya, yang di depan sendiri, yang jalan lebih dulu, ada atraksi toya atau bola api. Sebelum diarak, mereka semua berkumpul di masjid dulu setelah isya. Selesainya bisa sampai lewat tengah malam. Yang nonton di pinggir jalan juga banyak. Crowded banget malahan, jalan raya sampai ditutup. Warga dari desa lain juga pada nonton yang biasa kami sebut Takbir Keliling itu di desa kami, karena perayaan di desa kami memang terkenal meriah dan besar-besaran.
Jadi teringat dulu waktu aku jadi bagian dari pembawa lampion. Waktu SD dulu aku sering ikut. Kalau dipikir-pikir emang capek sih, jalan kaki bermil-mil, malem-malem, bawa lampion. Ya capek banget. Tapi asik, ngerasa seneng juga, bareng temen-temen sepermainan. Ngantuk juga enggak, walaupun sampai lewat tengah malem. Ya pokoknya asik lah...
Lampion-lampion yang lain.
Lampion yang ini agak aneh sih.
Ali Bin Abi Thalib. Aku nggak tahu sih, boleh dibikin ginian apa enggak.
Yang ini buatan pemuda-pemuda musholla deket rumahku.
Keren ya... yang bikin juga keren-keren. eh...
Begitulah gambaran kecil perayaan malam idul fitri di daerah kami. Sayangnya aku tidak tahu sejarah dan asal-usulnya.

Semeriah apapun perayaannya, yang penting, seperti tweet Pak SBY, mari kita sambut kemenangan dengan hati yang bersih.

Selamat hari raya idul fitri 1434 H. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. Ya maaf kalau telat.

0 comments:

Post a Comment

My Instagram