Solved? (Bagian 2)


Solved? (bagian pertama)


Minggu, 31 Maret 2013

Ryu menyodorkan ponselnya, semua mendekat. Serentak mereka baca isi pesan singkat tersebut, “Hari terpanjang di London, kedua tangan menengadah ke atas.”
“Gila nih orang, kok malah ngasih tebak-tebakan sih.” Kata Tyas dengan gaya ‘telmi’nya.
Noel menimpali, “Itu bukan tebak-tebakan, Tyas. Nggak salah lagi, itu kodenya!”
Andra mulai sibuk dengan laptopnya untuk melacak nomor asing pengirim pesan singkat tersebut. Sedangkan Sani dengan kemampuan magisnya. Sementara yang lain memikirkan kira-kira apa maksud dari kode tersebut.
“Kayaknya kita butuh ilmu geografi dan astronomi deh.” Lisa sok tahu. Tapi mungkin Lisa benar, masalahnya diantara mereka tidak ada yang pandai geografi maupun astronomi.
Sedangkan Noel yang paling serius mikirnya, “Kamu yakin ini ada hubungannya sama sains? Kalo feeling—ku enggak deh. Kayaknya kita cuma perlu otak-atik kalimat itu doang.” Si peneror memang benar-benar orang yang cerdik.
Andra yang dari tadi klik sana klik sini rupanya sudah putus asa. Nomor peneror tidak bisa dilacak. Mau lapor operator pusat, nggak gampang.
“Tuh kan, kode ini memang harus kita selesaikan dengan otak kita sendiri.” Noel membenarkan pendapatnya.
“Tapi masih ada Sani tuh. Gimana, San? Ada petunjuk?”, Tanya Ryu berharap Sani mendapat 'penglihatan'.
Sorry ya, kekuatanku nggak mampu nembus teknologi. Bener kata Noel, kita harus mecahin kodenya tanpa bantuan apapun.”
Mereka mulai merenung, berpikir, mencocokkan kalimat, menggabungkan apapun yang mereka ketahui. Hingga hampir 4 jam mereka berpikir, namun “Hari terpanjang di London, kedua tangan menengadah ke atas” tidak beres hari ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan besok, sambil masing-masing berpikir di rumah.
Mereka meninggalkan rumah Ryu. Tinggal Ryu dan pembantunya di dalam rumah mewah yang cukup luas itu.
#

Senin, 1 April 2013

Hari ini di rumah Ryu hanya ada Tyas, Sani, Lisa, Abbi, dan Ryu sendiri.
“Guys, kemaren setelah kalian pulang, aku nemu amplop ini di depan pintu.” Kata Ryu sambil menunjukkan sebuah amplop ukuran A4 tertulis “2nd CODE”. Mereka semakin yakin bahwa peneror memang benar-benar serius, bukan sekadar iseng. Tapi apa modus teror ini? Ryu tidak pernah punya musuh. Ia juga tidak pernah bermasalah dengan seseorang. Atau mungkin hanya karena ada orang yang iri?



Ryu merobek salah satu sisi amplop misterius tersebut. Amplop hanya berisi selembar kertas HVS  tertulisan sebuah kalimat dengan bahasa asing yang sama sekali tidak mereka pahami.
“Eine brennende eifer, das problem zu lӧsen” Kompak mereka baca kalimat tersebut dengan aksen dan pronunciation ngasal. “Bahasa planet mana?” Tyas mengangkat kedua tangan setinggi dada dengan telapak tangan membuka ke atas.
Rupanya Abbi sedikit mengerti karakter berbagai bahasa, “Kayaknya itu bahasa Jerman deh, tapi aku nggak tahu artinya. Clair yang bisa bahasa Jerman. Tapi dia kok nggak ke sini ya?”
Akhirnya Lisa menelpon Clair. Ternyata Clair sedang ada acara di gereja. Dan benar, Clair memang mahir berbagai bahasa. “Oh maksudnya eine brennende eifer, das problem zu lӧsen?” Clair mengulang kalimat tersebut dengan pronunciation yang benar. “Itu artinya semangat yang membara menyelesaikan masalah.”
Nah, kode kedua sudah setengah beres.
“Semangat membara? Aku tahu, ini ada hubungannya sama api.” Sepertinya Sani masih bisa mendapat petunjuk dari kemampuan supranaturalnya yang kurang. Tapi walaupun sudah ada petunjuk dari Sani, mereka belum bisa menyelesaikan kode kedua itu.
“Oh iya, telpon Noel aja, dia pasti bisa nyelesaiin. Noel kan suka mecahin masalah-masalah kayak gini.”
Kali ini Ryu yang korban pulsa. Tapi itu tidak seberapa, karena Noel langsung tahu maksud si peneror. "Coba deh ambil lilin sama korek api.” Noel memberi instruksi.......


 Bersambung

0 comments:

Post a Comment

My Instagram