Kali ini Ryu yang korban pulsa. Tapi itu tidak seberapa, karena Noel
langsung tahu maksud si peneror. “Coba deh ambil lilin, nyalain.” Noel memberi
instruksi. “Kertasnya deketin ke lilin, tapi jangan sampe kebakar.”
Ryu segera mengambil lilin dan menyalakannya, sedangkan Andra yang
mendekatkan kertas tersebut ke api. Yang lain menggeser duduknya mendekati
lilin. “Mana? Nggak ada apa-apa?” Andra mengeluh. “Coba deh ke bagian yang
lain,” Noel memberi saran dari seberang sana.
“Wah ada tulisannya!” Tyas kagum melihat tulisan tersebut. “Pergilah
ke taman empat insan.” Serentak mereka membaca tulisan berwarna coklat
tersebut. Dengan gaya telminya Tyas
menyahut, “Hah? Maksudnya ke kuburan?”
“Insan, Tyas. Bukan nisan. Please.”
Sanni menimpali. Tyas hanya tersenyum sambil menaikkan alisnya. Mereka semua
lalu berpikir, kira-kira apa maksud taman empat insan itu.
Tiba-tiba Abbi bersuara “Oh ya guys...”,
semua langsung antusias memperhatikan Abbi. “Hari ini kita kan ada acara di
kampus.” Yaah, mereka kira Abbi menemukan solusi, ternyata malah soal kampus.
Akhirnya mereka sudahi dulu memikirkan masalah kode tersebut. Karena
urusan kampus juga penting.
#
Selasa, 2 April 2013.
Rumah Ryu sepi. Hanya ada dia dan pembantunya. Untung Lisa, Abbi,
Tyas, Sani, dan Andra satu-persatu datang. Mereka berkumpul di kamar Ryu. “Udah
ada perkembangan apa nih?” Abbi membuka pembicaraan. “Nggak tahu nih, aku aja
pusing,” jawab Lisa sambil memegang kepalanya.
“Eh, Ryu. Orang tuamu ke mana? Kok nggak ada di rumah?” Abbi heran
melihat rumah sebesar itu sangat sepi.
“Oh, sedang keluar kota. Katanya sih ada penyuluhan KB gitu.”
“KB? Keluarga Berencana?” Sanni tiba-tiba kaget. Mungkin dia baru
mendapat penglihatan.
“Iya lah, KB apa lagi...” Ryu menimpali.
Andra yang dari tadi hanya diam dan asik dengan laptopnya langsung
membuka mulut, “Keluarga Berencana? Dua anak, dua orang tua. Jadinya 4 orang.
Empat insan!”
“Oh iya, taman KB!!!” Abbi langsung menyahut dengan bersemangat.
“Yeah! Tunggu apa lagi, ayo kita ke taman KB sekarang...” Tyas tak
kalah bersemangat.
Akhirnya satu kode lagi terpecahkan. Namun sepertinya waktu mereka
tak banyak. Mereka juga belum dapat memecahkan kapan peneror itu akan
mencelakai Ryu. Tapi Ryu tak boleh sampai celaka.
Noel dan Clair belum datang juga, sedangkan mereka harus bertindak
dan berpikir cepat. Akhirnya tanpa pikir panjang Ryu menelpon mereka berdua
agar langsung menyusul di taman KB.
#
Setelah Noel dan Clair menyusul, mereka mulai melakukan pencarian di
taman yang sangat terkenal di Kota Semarang itu. Sebenarnya mereka tidak tahu
apa yang mereka cari, bagaimana bentuknya, warnanya apa, dan tepatnya di mana.
Mereka asal mencari, mulai dari tempat sampah, di antara tanaman, sampai Abbi
dan Sanni masuk ke dalam kolam yang sedang direnovasi sehingga tidak ada
airnya.
Lebih dari 1 jam mereka mencari tapi hasilnya nihil. Mereka tidak
menemukan apa-apa. Kali ini benar-benar putus asa, “Masa mondar-mandir dari
tadi nggak ada hasilnya...” keluh Tyas.
“Ya udah, mending kita makan dulu aja pasti pada laper kan?” Noel
mengusulkan.
“Yeee... kamu tuh, makan mulu.”
#
Mereka memilih salah satu warung di pinggir jalan dekat taman KB.
Sambil menunggu pesanan makanan datang, mereka kembali mendiskusikan masalah
teror Ryu. Masih ada kode yang harus mereka pecahkan, ‘Hari terpanjang di
London, kedua tangan menengadah ke atas’.
“Ini beneran kodenya di sini nggak sih? Jangan-jangan kita salah,
bukan di sini palingan.” Lagi-lagi ke-sok-tahu-an Lisa muncul. Sementara Ryu
semakin cemas, “Gimana ya, aku takut nih.”
“Gimana kalau kita mikirin kode yang pertama aja, ada yang masih
inget kodenya nggak?” Noel melirik semua teman-temannya. Untung Andra masih
ingat, “Hari terpanjang di Inggris, kedua tangan menengadah...”
Tiba-tiba Sanni memotong ucapan Andra, “Tunggu tunggu, kayaknya
bukan itu deh. Bukan Inggris, tapi di London.”
Setelah mereka semua berpikir beberapa menit, “Aha! Hari terpanjang
di Inggris, di London, dalam bahasa Inggris!” Yeah, Noel berhasil memecahkan
kode ini. Namun problem mereka masih
banyak.
“Wednesday,” Andra menebak singkat.
“Wednesday? Apa? Rabu? Berarti besok dong, oh my god. Ryu, jangan matiii!” Malah Clair yang panik sendiri.
“Tenang, Clair. Kalau kita panik malah nggak bisa nyelesaiin
masalah. Lagian Ryu kan masih di sini, kita cari solusinya aja.” Abbi segera
menangkan Clair.
Sedangkan yang lain masih tenang namun gelisah. Mencoba berpikir
lagi, mencari solusi, mencoba menerka siapa peneror sialan itu, kira-kira apa
motifnya.
Perkembangan yang cukup bagus, ‘hari terpanjang di London’ sudah
terpecahkan namun masih ada ‘kedua tangan menengadah ke atas’. Jika dihubungkan
dengan kalimat pertama mungkin ketemu solusinya. Tapi kalimat pertama sudah
menunjukkan hari, jadi bisa saja kalimat selanjutnya menunjukkan tempat, atau
tanggal karena bisa jadi yang dimaksud peneror hari Rabu minggu depan.
Kira-kira mengapa peneror menggunakan ‘London’, bukan ‘Inggris’,
jelas agar mereka bingung. Bicara soal London, tak akan lepas dari Big Ben.
Itulah yang memunculkan sebuah ide di pikiran Lisa. Terpikir soal Big Ben,
terpikir juga olehnya tentang jarum jam. Ya, tangan menengadah ke atas seperti
jarum jam yang menunjukkan pukul 12. Semoga kali ini Lisa tidak sekadar sok
tahu.
Akhirnya ada hasilnya juga, ke taman KB sampai malam. Mereka
memutuskan untuk pulang dulu. Besok bertemu lagi, sebelum jam 12 siang.
Begitu sampai di dalam mobil, Clair melihat sebuah amplop kecil
terselip di kaca mobil. Ia segera mengambilnya dan membuka amplop tersebut. Lagi-lagi kode.
Alfa-Beta (16,7) – B2
Masih ada tiga kode lagi
Bersambung
2 comments
i posted a story about you in my blog;)
ReplyDeletewew.. thanks ceceee
Delete