Uas dan Uang

Ini adalah hari yang paling ditunggu bagi mereka yang sekarang adalah hari terakhir UAS. Atau seenggaknya cuma aku yang sejak sebelum UAS udah menanti hari ini. Ya, aku udah nggak buka buku pelajaran lagi. Aku bebas baca novel. Aku bebas berlama-lama chating. Bebas. Tanpa beban “gimana UAS besok?”.
Tapi hari terakhir UAS ditutup dengan sejarah sama Japanese itu lebih dari sesuatu. Sejarahnya itu lho... Kalau Japanese nya agak mending, ya, karena soalnya nggak subyektif. Tapi sejarah juga nggak subyektif deh. Iya, tapi... udah lah aku males cerita soal sejarah, suram.
Ok, ini menyenangkan. Dengan berakhirnya UAS kami juga bisa makan enak gratis. Ya, ada pembubaran panitia GSO (Ganesha Science Olympiad). Acaranya sambil makan-makan gitu, uangnya dari surplus GSO sendiri. Ini adalah sesuatu yang lebih dari sesuatu bagi anak kos. Atau seenggaknya cuma aku.
Yap, uang makan siang masih tersimpan rapi.
Dan ada sesuatu yang lebih sesuatu dari sesuatu yang sesuatu banget. Kabarnya besok ada kakak kelas yang mau ntraktir kami di PH. Sesuatu tersebut adalah kami (atau setidaknya aku) bisa nyimpen rapi-rapi uang makan siang. Ya, dua hari berturut-turut makan siang gratis. Akan lebih sesuatu lagi kalau besok lusa dapet makan gratisan lagi. Aamiin...
Ngomong soal uang, saat ini aku merasakan tekanan batin. Sebenarnya aku nggak tau ini namanya bener tekanan batin atau apa. Di saat temen-temen pada rame-ramenya mau nonton, breaking dawn lah, hello goodbye lah, atau film apa lagi gitu, aku harus menekan rapat uang dalam dompet. Ini menyedihkan. Sebenernya kalau nonton aku juga nggak terlalu tertarik sih. Masalahnya aku juga pengen beli buku ini, ini, ini, dan ini. Itu tadi yang bikin nyesek, uang nggak boleh sedikitpun keluar dari dompet kecuali buat makan. Sebenernya ini peraturan yang aku buat sendiri. Dan sebenernya juga sangat nggak masalah kalau aku melanggarnya.
Masalah uang adalah menyangkut widya wisata. Kalau saat ini aku nonton, beli buku ini ini ini dan ini, beli itu, makan mahal di sana, aku bakal ke Bali cuma bawa baju sama nyawa, pulang juga cuma bawa nyawa sama baju kotor. Ini menyedihkan.
Mungkin kalau aku minta saran kalian bakal bilang minta sama orang tua. Aku tolak saran itu. Karena buat bayar widya wisata sendiri udah pake duitnya Abah-Ibu, jadi uang saku ke sananya nggak boleh minta lagi. Yang ini juga peraturan aku buat sendiri. Karena orang tuaku bukan pegawai bukan guru bukan dosen.
Jadi intinya malem ini free. Aku tau ini nggak nyambung sama masalah uang, tapi seenggaknya nyambung sama topik awal. Aku cemas, karena saat-saat seperti ini rentan sekali kesuwungan melanda. Mungkin main ke bedagan ke kos temen bisa mencegah kesuwungan. Tapi ini hujan. Jadi alternatif pencegah kesuwungan adalah tidur.
Oh tidak, jangan tidur. Karena aku masih punya masalah yang harus segera selesai. Desain. Coreldraw. Jadi cukup segini aja tulisan yang seperti biasanya, nggak jelas. Tapi sebelumnya say good bye dulu sama buku-buku yang made me mad.


Kelihatan buku-buku itu covernya udah pada lecek, tanda sering dibuka dan dibaca. Sebenernya ini semata-mata karena aku sering masukin buku ke tas dalam keadaan bukunya nggak ketutup sebagaimana mestinya.

0 comments:

Post a Comment

My Instagram