Kamis pagi, bangun. Dan aku ada di
Semarang, sementara aku menghendaki diriku ada di istana reot sana.
Keberadaanku di Semarang ini harus aku terima, ikhlas nggak ikhlas.
Baiklah,
Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu libur. Menurut cara pandang anak kost, atau mungkin cuma aku, ini adalah libur yang amat sangat panjang. Gimana enggak? Empat hari menikmati kampung halaman adalah hal yang sangat langka. Begitu juga Smaga libur 4 hari, langka banget. Baiklah, lebih jelasnya aku ingin pulang. Tapi dan tetapi, takdir melarangku untuk pulang.
Yaa, ini adalah sesuatu yang nanggung. Dari kamis jumat sabtu minggu itu, hari yang free adalah kamis sama minggu. Gimana coba? Mending kalau ada kegiatan di hari kamis jumatnya atau sabtu minggunya, dengan begitu setidaknya sehari penuh aku bisa menikmati istana reot dekat laut jawa sana.
Aah, inilah kenyataan. Kamis ini aku masih mendekam di kamar. Sebenernya di kosnya temen sih. Nah, itu karena kesuwunganku di kos sendiri. Akhirnya mengungsi di kos temen gini deh. Dan ini untung banget ada temen yang juga nggak pulang.
Jujur ya, aku masih kurang ikhlas sama ketidakpulanganku ini. Bahkan aku lupa sejak kapan aku nggak pulang. Dan sepertinya nggak akan pulang sebelum study tour ke Bali. Ah, jangan lah. Aaa, minggu depan pengen pulang. Eh, tapi minggu depan udah UAS. Aaa, kalian tau? Inilah galau tingkat internasional.
Beneran deh. Pulang itu kebutuhanku. Serius, kalau disuruh milih, pulang apa nilai biologi dapet bagus, aku milih pulang. Atau milih antara nggak pulang dan nilai matematika dapet jelek, aku tetep milih pulang. Biarlah matematika dapet jelek dan biologi yang aslinya memang jelek tambah jelek, asal libur kali ini aku pulang.
Kalau aja jumat sabtu yang libur itu aku nggak ada kegiatan, pasti aku bisa masak capjay bareng ibuku. Pasti tadi pagi aku jalan-jalan menyusuri sungai sampai pantai. Pasti sekarang ini aku lagi main sama temen-temen SMP, atau tidur di kamar sempit tak ber-AC tapi sejuk yang aku yakin sekarang ini debunya tambah banyak. Atau ogah-ogahan disuruh bantu abahku nyablon. Mungkin bersepeda ke sawah sama adekku, sampai sepedanya kami turunin ke sawah yang belum ditanami padi dan tanahnya masih kering. Atau motoran keliling desa sama adekku juga. Jadi intinya di rumah itu lebih gampang ngusir kesuwungan.
Sudah ah, makin galau aku crita keinginanku untuk pulang. Abis ini aku mau pulang. Eits, bukan pulang ke rumah, tapi ke kos, dan ngepost tulisan ini, di sini aku nggak bisa internetan. Akhir kata, aku ingin pulang.
Baiklah,
Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu libur. Menurut cara pandang anak kost, atau mungkin cuma aku, ini adalah libur yang amat sangat panjang. Gimana enggak? Empat hari menikmati kampung halaman adalah hal yang sangat langka. Begitu juga Smaga libur 4 hari, langka banget. Baiklah, lebih jelasnya aku ingin pulang. Tapi dan tetapi, takdir melarangku untuk pulang.
Yaa, ini adalah sesuatu yang nanggung. Dari kamis jumat sabtu minggu itu, hari yang free adalah kamis sama minggu. Gimana coba? Mending kalau ada kegiatan di hari kamis jumatnya atau sabtu minggunya, dengan begitu setidaknya sehari penuh aku bisa menikmati istana reot dekat laut jawa sana.
Aah, inilah kenyataan. Kamis ini aku masih mendekam di kamar. Sebenernya di kosnya temen sih. Nah, itu karena kesuwunganku di kos sendiri. Akhirnya mengungsi di kos temen gini deh. Dan ini untung banget ada temen yang juga nggak pulang.
Jujur ya, aku masih kurang ikhlas sama ketidakpulanganku ini. Bahkan aku lupa sejak kapan aku nggak pulang. Dan sepertinya nggak akan pulang sebelum study tour ke Bali. Ah, jangan lah. Aaa, minggu depan pengen pulang. Eh, tapi minggu depan udah UAS. Aaa, kalian tau? Inilah galau tingkat internasional.
Beneran deh. Pulang itu kebutuhanku. Serius, kalau disuruh milih, pulang apa nilai biologi dapet bagus, aku milih pulang. Atau milih antara nggak pulang dan nilai matematika dapet jelek, aku tetep milih pulang. Biarlah matematika dapet jelek dan biologi yang aslinya memang jelek tambah jelek, asal libur kali ini aku pulang.
Kalau aja jumat sabtu yang libur itu aku nggak ada kegiatan, pasti aku bisa masak capjay bareng ibuku. Pasti tadi pagi aku jalan-jalan menyusuri sungai sampai pantai. Pasti sekarang ini aku lagi main sama temen-temen SMP, atau tidur di kamar sempit tak ber-AC tapi sejuk yang aku yakin sekarang ini debunya tambah banyak. Atau ogah-ogahan disuruh bantu abahku nyablon. Mungkin bersepeda ke sawah sama adekku, sampai sepedanya kami turunin ke sawah yang belum ditanami padi dan tanahnya masih kering. Atau motoran keliling desa sama adekku juga. Jadi intinya di rumah itu lebih gampang ngusir kesuwungan.
Sudah ah, makin galau aku crita keinginanku untuk pulang. Abis ini aku mau pulang. Eits, bukan pulang ke rumah, tapi ke kos, dan ngepost tulisan ini, di sini aku nggak bisa internetan. Akhir kata, aku ingin pulang.
Ibuku lebih dari master chef |
Pemanjat pohon kelapa - expert |
Adekku dan ayunan pinggir sawah |
0 comments:
Post a Comment