Sore tadi sehabis mandi aku dan
adikku suwung. Jadilah keputusan untuk jalan-jalan ke sungai. Lalu kami galau,
mau ke sungai jalan kaki atau naik sepeda. Terjadilah pertarungan sengit.
Adikku pengen naik sepeda, tapi aku maunya jalan kaki. Akhirnya setelah
sengit-sengitan beberapa detik, diambillah jalan tengah: naik motor.
Tapi masa’ ke sungai yang segitu
deket mau pake motor... Galau lagi. Tapi akhirnya nggak jadi ke sungai. Motor
asal jalan aja, nurut sama jalan kecil beraspal. Kami sendiri nggak tahu daerah
mana itu.
Ini gara-gara penasaran sama jalan
pelosok isinya apa aja sih. Dan kami selalu galau tiap ada pertigaan atau
perempatan. Kalau belok kiri sampe mana ya, kalau ke kanan ada apa ya, kalau
lurus sampe negeri mana ya...
Beberapa menit asal jalan tanpa
tujuan, sampailah kami di suatu negeri di mana kiri dan kanan jalan kebun tebu
semua. Parahnya jalan sepi banget, cuma kami dua-duanya orang yang lewat situ.
Itu jalan panjang banget. Ditambah lagi cuaca yang agak mendung. Yang lebih parah
lagi, jalannya sedang butuh banget diaspal ulang. Jadi ya butuh konsentrasi
ekstra dan harus fokus sama jalan.
Setelah negeri tebu berlalu,
sampailah kami di negeri yang juga kami tidak tahu sama sekali. Nah di negeri
inilah aku teriak-teriak di jalan dilihatin ibu-ibu naik sepeda. Gimana
refleknya nggak teriak coba, tepat pas kami lewat ada tikus menyeberang jalan
dan dikejar ular dengan diameter badannya sekitar 2 cm. Kaget banget. Pas
ularnya tepat di depan motor. Galau harus nginjek rem atau nambah kecepatan.
Takut kalau ularnya terlindas ban terus marah, lalu dia merelakan tikus
mangsanya tadi kabur demi balas dendam pada kami. Kemudian ia mengejar kami.
Dan aku nggak bisa kenceng-kenceng naik motornya, karena kondisi jalan yang
jelek. Sehingga ia semakin mendekat. Dekat. Lebih dekat. Sangat dekat. Dan
pastinya yang jadi korban adalah adikku yang di belakang. Hahaha.
Setelah negeri ular berlalu, aku
nggak tahu ular tadi terlindas apa nggak. Tapi yang jelas ia masih fokus sama
tikus incarannya. Yah, semoga ia bisa menangkap tikus itu sehingga kelaparannya
terobati. Dan untuk tikus malang, berjuanglah, terus berlari, jangan sampai
sedikitpun ekormu tersentuh oleh ular itu, dan lanjutkan hidupmu!
Kami terus berjalan. Sampai
akhirnya ketemu sama pertigaan. Di sini kami langsung tahu di negeri mana kami
berada karena kami telah sampai di sungai, tapi bukan sungai yang kami
rencanakan sebelumnya, yaa seenggaknya kami mengenali sungai itu. Di pertigaan
tadi, kalau ke kanan atau ke timur akan sampai laut. Sedangkan jauh ke kiri ada
jalan raya, yang tentunya harus melewati bantaran sungai dulu. Karena udah sore
banget, kami putuskan belok kiri aja. Ya, kami sedang melewati bantaran sungai.
Tapi sumpah, jalan ini lebih parah daripada jalan di negeri tebu tadi. Butuh
lebih konsentrasi dan fokus. Yakin, lebih fokus daripada kakak-kakak yang
kemaren ngerjain soal tryout UN. Diperparah dengan kanan jalan adalah sungai
dan kiri jalan adalah kolam ikan (tambak). Kecebur kali atau jatuh ke tambak
menjadi salah dua pilihan. Jelas kami memilih survive.
Ternyata ada bagian bantaran
sungai yang agak luas. Karena capek dan tegang, kami istirahat dulu di sana
sambil foto-foto. Senja tapi langitnya kurang cantik karena lagi mendung. Sepi
lagi, tapi karena tempatnya lumayan cantik jadi kami nggak takut. Kalopun takut
ya sama ular tadi, kalau-kalau dia ngikutin kami, gimana...
Puas ambil gambar, pulang. Pulang
lewat jalan raya jadi nggak takut lagi sama negeri ular, sepinya negeri tebu,
dan asingnya negeri antah-berantah. Oh ya, juga nggak takut lagi kecebur kali
atau jatuh ke tambak.
Ternyata mendung tak berbohong, di
perjalanan pulang, gerimis. Sampai sekitar 200 meter dari rumah, hujan mulai
deres. Sampai rumah hujan deres banget. Nggak bisa bayangin kalau deresnya pas
kami lagi di negeri antah-berantah.
2 comments
asekh?mau nonton ligasha ga kesampaian yaa
ReplyDeletehahaha... makanya aku pake jersey olim. tapi kan pas itu nggak jadi ligasha. tapi tetep aja aku nggak bisa nonton minggunya
Delete