Perlahan mataku membuka lagi. Ternyata sudah jam setengah 7
pagi. Ohh.. aku telat bangun! Ya Allah.... nggak enak banget sama Bu Parman.
Langsung aku cuci muka. Bbrrr... dingin banget, sumpah! Rasanya enggan untuk
mandi. Tapi entah kenapa akhirnya aku mandi juga. Sehabis mandi segar juga, walaupun
dinginnya minta ampun. Lalu nyuci baju, tapi bingung mau dijemur di mana. Kalau
di luar nanti kena angin, jatuh, kotor, nyuci lagi. Akhirnya kami jemur di
depan dapur aja. #penting-nggak-sih.
Gara-gara bangun kesiangan jadi nggak bantu Ibu masak. Yah! Sarapan
udah terhidang.
Waduhh.. kami berdua pengen poop #kompak-ya. Gimana nih.. di
kali? No no no! Nggak mungkin! Yah, akhirnya kami ke rumah Allice Cuma numpang
WC-nya. Ya gimana lagi...
Abis itu istirahat di rumah. Tak lama, Bu Parman mengajak
kami ke sawah buat panen tomat. Sawahnya lumayan jauh dari rumah. Di luar
anginnya dingin, kencang banget, but amazing!
Waah tomatnya sudah banyak yang matang, tapi juga banyak
yang busuk. Yeah! Panen tomat yang menyenangkan. Seumur-umur baru kali ini
aku panen tomat. Sepertinya petani tomat
di sini Cuma Pak Parma, soalnya aku tidak melihat kebun tomat lain selain milik
Pak Parman. Yang beautiful banget: kebun jambu yang luas.
Wah.. rintik-tintik mulai turun. Terpaksa kami sudahi dulu
panen tomatnya, padahal tomatnya masih banyak. Pulang deh. Tapi lumayan juga
hasil panen hari ini.
ini nih, aku lagi panen tomat. dan itu foto setengah badannya Ucik.
Sampai rumah langsung cuci kaki, istirahat deh. Hari sudah
siang, tapi dinginnya masih terasa.
Belum lama istirahat, anak-anak, Kiki dan Linda ngajak
jalan-jalan. Sepertinya mereka senang dengan keberadaan kami. Kami pun
jalan-jalan. Menjelajahi kebun jambu, kebun jagung, dan entah ke mana, yang
jelas asyik banget dan alamnya sungguh amazing.
Sampai jauh banget kami jalan-jalan. Memang sudah nasib,
kami tidak membawa payung. Hujan! Di kebun nggak ada tempat berteduh. Basah
deh...
Hujan deras dan angin kencang. Sampai-sampaisuara angin
mendengung terdengar kencang, sumpah ngeri banget! Di antara kami juga ada anak
SD pulang sekolah yang sama-sama kehujanan.
Setelah berlari melawan hujan dan angin, sampai juga di
rumah warga yang berada di pojok kampung. Kami berteduh di sana. Lama banget
kami menunggu hujan reda. Apalagi angin kencang mengerikan itu masih bertiup.
Karena nggak sabar, kami pun melawan hujan setelah angin
agak reda. Tapi masih kehujanan juga. Sampai di rumah langsung bersih-bersih
dan ganti baju. Bbrrr... dingin.
Kami pun tertidur karena kedinginan. Masih jam 2 siang. Dan
ketika kami membuka mata, jam 5 sore. What! Tidur 3 jam? Lama ya..
Dingin, nggak usah mandi ah... ya. Kami nggak mandi, Cuma
cuci muka. Setelah itu istirahat. Sampai sehabis maghrib, listrik padam.
Berangkat sharing nggak ya.. nggak usah ah, males, gelap. Tapi akhirnya listrik
nyala lagi. Brangkat sharing deh.
Jalan... sampai di tengah jalan kami tidak bisa melihat
apa-apa. Listrik padam lagi. Sumpah horor banget, gelap, ngeri. Untung bawa
senter. Nggak bisa bayangin, seandainya nggak bawa senter, bakal jadi patung di
tengah jalan.
Gimana nih.. balik aja ah.. ngeri, nggak ada orang lagi.
Nah udah sampe rumah,lega. Apa? Pada brangkat sharing? Yah
akhirnya kami balik lagi walaupun listrik masih padam. Dalam perjalanan Cuma
brani lihat jalan, nggak brani lihat yang lain, nggak brani lihat belakang.
Nah alhamdulillah sudah sampai. Tapi kami telat, tak berapa
lama, listrik sudah menyala. Yee... pulangnya nggak gelap-gelapan lagi. Sebelum
pulang kami mampir di rumah temen buat numpang toilet. Takut kebelet di rumah
nanti. Karena kamar mandi orang tua asuh kami nggak ada lampunya. Di belakang
pula. Pojok. Sampingnya kebun jambu. Ngeri!
Jalan. Walaupun agak terang tapi tetep horor, karena rumah
kami paling pojok. Sampai rumah langsung tidur. Dan yang masih tetap terasa
adalah dingin.
0 comments:
Post a Comment