“Untuk apa pisau itu?” ia
bertanya.
“Untuk membunuh.”
“Baiklah, kau bisa membelah
dadaku untuk membuktikan cintaku.”
“Pegang pisau ini!” Pinta gadis
kepang dua sambil menyerahkan belati kepada pemuda jatuh cinta. Si pemuda
menerimanya dengan ragu.
“Kalau kamu benar-benar
mencintaiku, bunuh aku. Aku sudah menyediakan pisau itu. Atau tinggalkan aku
saja.”
Pemuda jatuh cinta terkejut, ia
masih belum paham apa yang dikatakan gadis itu. “Maksud kamu?” Ia tidak
mengerti pilihan macam apa itu. “Kamu sadar dengan pilihan yang kamu berikan?”
“Terserah kamu. Jadi kamu tidak
benar-benar mencintaiku, tinggalkan aku saja.”
“Bukan, bukan begitu maksudku.
Aku yakin aku mencintaimu.” Pemuda jatuh cinta menjelaskan dengan gugup. Lalu
ia melanjutkan, “Kemarin aku sudah bercerita, aku tidak pernah mencintai
seorang pun. Dan begitu aku mencintai seorang gadis, yaitu sekarang ini, aku
mencintainya dengan sepenuh hati. Aku berikan hatiku yang masih utuh ini, yang
tak pernah seorangpun menyentuhnya. Kamu berhak atas hatiku seutuhnya.”
“Bunuh aku!”
“Aku tak bisa. Bagaimana mungkin
aku dengan sengaja membunuh gadis yang sangat aku cintai.”
“Kalau begitu tinggalkan aku!”
“Aku tak bisa. Bagaimana mungkin
aku meninggalkan gadis yang sangat aku cintai di tengah hutan seorang diri.”
“Sudah lama aku tinggal di
hutan, dan sampai sekarang aku tidak apa-apa.” Gadis kepang dua menjawab sambil memalingkan wajahnya ke tengah hutan.
Ia menatap pepohonan seperti sedang mengenang sesuatu.
Pemuda jatuh cinta berpikir. Baru
kali ini ia dihadapkan dengan pilihan sesulit ini. Bukan hanya masalah cinta,
tapi masalah hidup dan mati. Bukan hanya soal hidup dan mati dirinya sendiri,
tapi juga orang yang sangat ia cintai.
Mungkin ini sangat konyol,
bagaimana ia bisa sangat mencintai gadis yang baru sehari dikenalnya. Apalagi
gadis asing yang tinggal di tengah hutan dan ia tidak tahu asal-usulnya.
“Baiklah, mungkin pisau ini akan
berguna.” Setelah sekian lama berpikir, akhirnya pemuda jatuh cinta memutuskan.
“Terserah kau.” Kata gadis kepang
dua memalingkan wajahkan dari arah hutan kepada pemuda jatuh cinta.
Kemudian pemuda jatuh cinta
mengarahkan pisau yang dipegangnya ke arah perut gadis kepang dua. Pisau itu
menembus kulit perutnya. Cukup dalam. Tiga perempat bagian pisau melesat ke dalam
perut gadis itu. Darah segar mengalir sampai mengenai tangan si pemuda yang
masih memegang pangkal belati.
“Maafkan aku.” Kata si pemuda
lirih.
“Kau, kau membunuhku.” Ucap gadis
kepang dua terbata-bata.
“Karena aku mencintaimu.”
Si pemuda lalu mencabut belati
dari perut gadis itu. Belati yang masih berlumuran darah itu lalu diarahkan ke
pergelangan tangannya.
Sesaat kemudian darah gadis
kepang dua menyatu dengan nadi si pemuda. Mengalir pada belati itu darah lain,
darah yang menyatu dengan darah sebelumnya. Kini mereka telah bersatu,
darah mereka.
“Lihat, aku akan bersamamu.” Kata
si pemuda sambil menatap gadis kepang dua yang sedang sekarat, entah ia masih
bisa mendengar atau hanya rohnya yang mendengar. “Aku sangat mencintaimu.”
Lanjutnya.
Kini mereka berdua berbaring,
pemuda memeluk si gadis, di tengah hutan. Sedangkan di alam keabadian, si gadis menerima cinta si pemuda. Dan mereka bersama dalam keabadian, selamanya.
![]() |
credit |
Selesai.
2 comments
waa.. so sweet :3
ReplyDeletengarang sendiri atau dikarangin ki?
wakakaka makasih avivah..
Deletengarang asal-asalan :D