Pemuda Jatuh Cinta (Bagian Dua)

“Untuk apa pisau itu?” ia bertanya.
“Untuk membunuh.”
“Baiklah, kau bisa membelah dadaku untuk membuktikan cintaku.”
“Pegang pisau ini!” Pinta gadis kepang dua sambil menyerahkan belati kepada pemuda jatuh cinta. Si pemuda menerimanya dengan ragu.
“Kalau kamu benar-benar mencintaiku, bunuh aku. Aku sudah menyediakan pisau itu. Atau tinggalkan aku saja.”
Pemuda jatuh cinta terkejut, ia masih belum paham apa yang dikatakan gadis itu. “Maksud kamu?” Ia tidak mengerti pilihan macam apa itu. “Kamu sadar dengan pilihan yang kamu berikan?”
“Terserah kamu. Jadi kamu tidak benar-benar mencintaiku, tinggalkan aku saja.”
“Bukan, bukan begitu maksudku. Aku yakin aku mencintaimu.” Pemuda jatuh cinta menjelaskan dengan gugup. Lalu ia melanjutkan, “Kemarin aku sudah bercerita, aku tidak pernah mencintai seorang pun. Dan begitu aku mencintai seorang gadis, yaitu sekarang ini, aku mencintainya dengan sepenuh hati. Aku berikan hatiku yang masih utuh ini, yang tak pernah seorangpun menyentuhnya. Kamu berhak atas hatiku seutuhnya.”
“Bunuh aku!”
“Aku tak bisa. Bagaimana mungkin aku dengan sengaja membunuh gadis yang sangat aku cintai.”
“Kalau begitu tinggalkan aku!”
“Aku tak bisa. Bagaimana mungkin aku meninggalkan gadis yang sangat aku cintai di tengah hutan seorang diri.”
“Sudah lama aku tinggal di hutan, dan sampai sekarang aku tidak apa-apa.” Gadis kepang dua menjawab sambil memalingkan wajahnya ke tengah hutan. Ia menatap pepohonan seperti sedang mengenang sesuatu.
Pemuda jatuh cinta berpikir. Baru kali ini ia dihadapkan dengan pilihan sesulit ini. Bukan hanya masalah cinta, tapi masalah hidup dan mati. Bukan hanya soal hidup dan mati dirinya sendiri, tapi juga orang yang sangat ia cintai.
Mungkin ini sangat konyol, bagaimana ia bisa sangat mencintai gadis yang baru sehari dikenalnya. Apalagi gadis asing yang tinggal di tengah hutan dan ia tidak tahu asal-usulnya.
“Baiklah, mungkin pisau ini akan berguna.” Setelah sekian lama berpikir, akhirnya pemuda jatuh cinta memutuskan.
“Terserah kau.” Kata gadis kepang dua memalingkan wajahkan dari arah hutan kepada pemuda jatuh cinta.
Kemudian pemuda jatuh cinta mengarahkan pisau yang dipegangnya ke arah perut gadis kepang dua. Pisau itu menembus kulit perutnya. Cukup dalam. Tiga perempat bagian pisau melesat ke dalam perut gadis itu. Darah segar mengalir sampai mengenai tangan si pemuda yang masih memegang pangkal belati.
“Maafkan aku.” Kata si pemuda lirih.
“Kau, kau membunuhku.” Ucap gadis kepang dua terbata-bata.
“Karena aku mencintaimu.”
Si pemuda lalu mencabut belati dari perut gadis itu. Belati yang masih berlumuran darah itu lalu diarahkan ke pergelangan tangannya.
Sesaat kemudian darah gadis kepang dua menyatu dengan nadi si pemuda. Mengalir pada belati itu darah lain, darah yang menyatu dengan darah sebelumnya. Kini mereka telah bersatu, darah mereka.
“Lihat, aku akan bersamamu.” Kata si pemuda sambil menatap gadis kepang dua yang sedang sekarat, entah ia masih bisa mendengar atau hanya rohnya yang mendengar. “Aku sangat mencintaimu.” Lanjutnya.

Kini mereka berdua berbaring, pemuda memeluk si gadis, di tengah hutan. Sedangkan di alam keabadian, si gadis menerima cinta si pemuda. Dan mereka bersama dalam keabadian, selamanya.

credit
Selesai.

2 comments

  1. waa.. so sweet :3
    ngarang sendiri atau dikarangin ki?

    ReplyDelete

My Instagram